Perkembangan bisnis yang semakin cepat, banyak perusahaan yang tidak lagi menerapkan waktu kerja konvensional dari pukul 9-5. Sistem waktu kerja yang fleksibel yang saat ini menjadi pilihan utama untuk perusahaan rintisan (startup).
Sistem jam kerja fleksibel memberikan banyak benefit daripada jam kerja konvensional. Karyawan menjadi lebih termotivasi karena pukul berapapun karyawan masuk, hal tersebut menekan karyawan membolos karyawan.
Selain itu, jam kerja yang fleksibel diketahui bisa menghidarkan karyawan dari stres kerja. Karyawan menjadi bebas untuk menentukan jam produktif untuk kerja dengan suasana yang lebih nyaman. Saat karyawan anda menemukan jam produktifnya dan berdampak pada penyelesaian tugas sesuai dengan deadline, karena karyawan akan terhindar dari tekanan stres dan akan mendatangkan komitmen yang tinggi terhadap tanggung jawab.
Baca Juga:
- 11 Cara Ampuh Hilangkan Kejenuhan Saat Bekerja
- Kelebihan Menjadi Pekerja Lapangan
- Membangun Budaya Kerja Dengan Lima Tahap Ampuh
- 7 Strategi Meningkatkan Nilai Transaksi Retail
- Jangan Pura-Pura Sakit Hanya Untuk Bolos Kerja
Jam kerja fleksibel yang akhirnya bisa berdampak positif terhadap lingkungan kerja. Yang artinya jam kerja fleksibel dapat mengurangi persaingan antar karyawan & menghindari konflik di lingkungan kantor. Hal ini juga bisa menjadi sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan karyawan-karyawan berbakat.
Loyalitas karyawan juga akan terbangun, karena mereka dihargai dan meningkatnya rasa kepuasan dari pekerjaan. Inisiatif kerja akan menjadi sorotan bagi atasan. karyawan yang diberi keluasan dalam mengerjakan tugas-tugas kerjanya. Terlahirnya inovasi-inovasi baru yang berdampak positif bagi perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya.
Kekurangan Jam Kerja Fleksibel
Walaupun banyak benefit yang didapatkan perusahaan, ada juga kekurangan yang akan dihadapi perusahaan saat menerapkan sistem tersebut. Beberapa perusahaan yang menjalankan sistem kerja konvensional mengganggap proses diskusi dalam mencari sebuah solusi bisa lebih cepat. Kekhawatiran lain juga menyebabkan pengawasan pimpinan atas kinerja karyawan yang harus terkoordinasi secara maksimal.
Oleh karena itu, sistem kerja fleksibel tidak bisa diterapkan kesemua perusahaan. Perlu dikaji lebih dalam dari sisi HR apakah budaya kerja seperti apa yang cocok dengan sistem ini. Terkait dengan pelayanan terhadap konsumen juga bisa jadi salah satu tolak ukur apakah memang benar-benar cocok dengan perusahaan. Untuk menghindari molor dari terselesainya task diperlukan pengawasan yang ketat agar projek kantor dapat diselesaikan tepat waktu.